Jumat, 02 Juli 2010

KISAH CINTA AMANDA (11)


Catatan Adhytia Zakaria
(((Sambungan entah dari bab berapa)))

“MALAM ini aku mellow. Malam ini aku nangis.” Kataku pada Bella, sahabatku.
“Emangnya, pernah ente tidak mellow kalau bicara soal dia?” ujar Bella bertanya.
Lalu beberapa saat aku terisak. Dari dalam batinku ada bisikan, “Lelaki kok nangis?”
Tetapi pada saat bersamaan, suara batin lain menyela, “Ah, gak benar itu. Lelaki juga punya air mata, Napoleon Bonaparte pun menangis.”

Aku terharu, saat membaca sebuah status fesbuk seorang gadis, “Dulu! Aku bergelimang kasih sayang, aku bergelimang perhatian, dan aku bergelimang kemanjaan. Sekarang! Aku bergelimang air mata. Semoga air mata ini akan membuatku lebih kuat kpd siapa yg kukenal dan kudapat.”
Aku bisa merasakan deritanya. Aku bisa rasakan keperihan yang ditanggungnya.

***

“Jadi ketemu zul?”
tanyaku ke Bella, untuk meredakan suasana yang hening.
“Jadi pak, aku kantornya tadi,” jawab Bella.
“Aku bargaining aja
dan dia udah lebih terbuka tadi.
Aku juga jadi tambah faham bisnisnya,” jelas Bella.
“Sudah deal?”

“Tadi hari yang baik buat dia, karena dia positif dikasih ruang kantor di gedung itu. Mantap banget lokasinya.”

“Kantor untukmu?”
“Bukan, kantor dia.” ujar Bella. “Dan aku bilang anggap dia sama seperti ente pak. Karna dia aku kenal lewat ente, so kita saling support dan harus saling menguntungkan.”
Lalu Bella mencoba menceritakan tentang planning-planning bisnisnya ke depan, yang menurutnya cukup prospektif. Bella teman kosku, yang sangat baik dan setia. Ia sebenarnya seorag seniman. Tetapi sebagai profesional ia banyak bekerja di interior design dan desain grafis. E, tiba-tiba kembali menanyakan soal status FB Amanda.
“Kasihan sekali dia.” Bella mendesah. “Harus ada Robin Hood yang segera menculiknya,” ujarnya.
“Oh, wahai... Sabarlah, Robin Hoodnya sedang asah panah,” kata Bella, seperti orang yang sedang berpuisi.
“Yang tak habis pikir, di
hari-harinya, Amanda kelihatan bahagia.” ujarnya.
“Iya. dia pinter memenej itu, yang sering disebutnya menangis di dalam bantal” kataku tak mampu menahan tangis.
“Loh, kok
tiba-tiba aku jadi mellow ya?”
“Kapan ente gak mellow kalau bicara tentang Amanda????” tanya Bella, seolah seperti tak butuh jawabanku. Bella kenal betul aku, dan Amanda, sang mantanku. Entah sudah lebih seratus kali ia mendengar aku menyebut, Amanda perempuan sempurna satu-satunya yang pernah kukenal. Sempurna lahir batin.

“Bejat banget jika ada lelaki yang tak menghormatinya,” ujarku.
“Udahlah...
asah aja dulu panahnya, ente
tunggu momen, lalu culik dan bawa pergi,” kata Bella, yang seolah kata-katanya tak perlu persetujuanku.
“Yups,
hanya ente temanku curhat soal Amanda yang bisa membuatku jujur, ya kan?” tannyaku. “Makanya aku menyebut ente ‘anak kurang hajar’” kataku.

“Tak ada pilihan buat ente selain harus jujur
,” Bella tertawa.
“Ente bener-benar anak kurang ajar,”
serangku.
“Makanya, ente gak salah pilih orang kan?
Aku lebih pintar menutup rahasia ente daripada brangkas si gayus” tawa Bella makin menjadi-jadi.
“Rekam jejakku semua ente tahu. Jadi kalo sempat bocor, aku cuma hanya mencari satu orang untuk kusembelih,”
aku akhirnya bisa hahaha...
”Rugi kalau ente sembelih orang seperti aku pak,
gak ada gantinya,” tertawa kami lepas.
“Ya, sialnya gitu,” kataku.
Tiba-tiba hening. Untuk memecahkan kesunyian, Bella bilang:
“Sebentar, sebentar. Aku buatkan kopi dulu, biar seru cerita dan nonton bolanya.” Bella mengucapkan itu sambil berlalu. Beberapa saat kemudian, dia datang dengan membawa dua gelas kopi itam. “Ini kopi terenak di dunia,” katanya.
“Ya terenak, sebelum dapat kopi di warung.” Kataku, yang disambut dengan tertawa lepas kami.

22 Juni 2010

>>>NEX>>>

http://www.facebook.com/profile.php?id=1054560503&v=app_2347471856

Tidak ada komentar:

Posting Komentar