Sabtu, 03 Juli 2010

KISAH CINTA AMANDA (17)


Catatan Adhytia Zakaria
(((Sambungan entah dari bab berapa)))

"Kutunggu kamu di taman," begitu pesan singkat yang masuk ke telepon selulerku. Seperti biasa, ini pesan dari nomor Amanda.
"Jangan lambat, ini gelap dan hujan," pesan kedua masuk, ketika aku belum sempat kumembalas.
Kusegera berbenah, memakai celana dan kaos, dan meninggalkan laptop yang masih menyala. Aku tergesa. Lalu, sambil mengunci pintu kamar, kubalas singkat pesannya,
"Iya (plus tanda titik dua dan bintang).

Sepuluh menit aku tiba di taman. Kulihat Amanda mematung di sebuah payung taman. Sendirian. Dengan daster putih, nyaris transparan. Belum sempat kumenyapanya, dia menghampiri, merangkulku, dan memeluk dengan eratnya. Seolah dia sedang berusaha mengusir dingin yang menempel di tubuhnya, dan menikmati hangatnya darahku, yang diyakininya bisa memberi hangat.

"Mengapa gak pakai jaket?" tanyaku, masih dalam pelukan eratnya. DIa tidak menjawab. Biasanya aku memang rewel soal jaket, jika amand keluar rumah kala hujan atau malam.
"Mengapa gak pakai jaket?" tanyaku lagi.
"Maaf, gak sempar. Tadi buru-buru." amanda menjawab tanpa melepas pelukan.

Tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya malam itu. Tak ada juga pertanyaan tentang sesuatu, selain berkali-kali mengatakan rindu, dan tak mungkin bisa hidup tanpaku.
"Berusaha melupakan, tetapi sesungguhnya tak pernah bisa. Aku selalu merindukanmu," kata Amanda, dengan raut wajah haru.

Lima belas menit kemudian, ia mulai merenggangkan pelukan, mencari bibir dan mataku, lalu mencium dengan rasa yang luar biasa. Kusadari, bajuku basah, oleh air hujan yang menempel di wajahnya, dan airmata yang jatuh dari matanya..

NEXT >>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar